Harga nikel dunia kini masih berada pada level tinggi. Pada Selasa (16/11/2021), harga nikel dunia tercatat US$ 19.612,5/ton, naik 0,04% dibanding harga penutupan pada Senin sebelumnya. Mengutip CNBC Indonesia persediaan nikel di gudang LME (London Stock Metal Exchange) per 15 November 2021 tercatat sebesar 129.570 ton, menyusut 51,03% dari stok April yang merupakan level tertinggi dunia.
Jumlah tersebut merupakan persediaan terendah sejak Desember 2019, turun 45,80% year-on-year (yoy) dibanding 15 November 2020. Rata-rata persediaan bulan November sebesar 135.811 ton, turun 7,56% dari rata-rata persediaan Oktober sebesar 146.938 ton.
Kepala Asosiasi Nikel Filipina memprediksi, pasokan dari Filipina, yang merupakan negara pemasok bijih nikel terbesar ke China, akan mengalami penurunan selama 2021 karena cuaca yang buruk. Sebagai konsumen terbesar dunia, China akan mengalami kekurangan supply nikel untuk produksi baja anti karat. Persediaan yang menipis akan mendorong nikel untuk menguat.
Harga nikel tertinggi terjadi pada 30 Juli 2021 mencapai US$ 19.892 per ton, dan pada 13 Agustus 2021 sempat menyentuh US$ 19.650 per ton, sebelum akhirnya mengalami penurunan.
Menurut konsultan independen di industri pertambangan, Steven Brown, tren kenaikan harga nikel di pasar internasional akan bergantung pada Indonesia. Pasalnya, fluktuasi harga akan bergantung pada supply dan demand.
Steven mengatakan ada beberapa forecast harga nikel. Dia memprediksi kenaikan harga nikel dunia tidak terlalu tinggi, karena masih bergantung supply dan demand.
“Yang jelas demand pasti akan meningkat jauh, karena ada mobil listrik dan sebagainya. Tapi, tampaknya supply juga seimbang terutama jika dilihat dari perkembangan di Indonesia. Supply bisa keep up dengan demand. Tapi itu semua tergantung dari Indonesia,” jelasnya seperti dikutip CNBC Indonesia.
Steven mengatakan, pada semester I 2021, kenaikan pasokan nikel hanya terjadi di Indonesia, termasuk untuk produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). Pasokan meningkat 320 ribu ton atau naik 140% secara tahunan (year on year) dibandingkan periode yang sama 2020. Jumlah tersebut belum termasuk dari produksi nikel PT Vale Indonesia.
“Di luar Indonesia secara global, pasokan nikel justru menurun 265 ribu ton atau turun 26% dibandingkan periode semester I 2020. Ini menunjukkan pasokan nikel dunia hanya meningkat dari Indonesia, sehingga tak ayal bila pasokan nikel dunia bergantung pada Indonesia,” paparnya.
Dia menyebutkan, peningkatan pasokan nikel ini terutama dari smelter di sejumlah kawasan industri nikel seperti PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali, Sulawesi Tengah, PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara, Pulau Obi di Maluku Utara, Harita Group di Halmahera Selatan, Maluku Utara, serta PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) di Konawe, Sulawesi Tenggara.
Sumber: Nikel.co